Kisah sajak diremang senja 
Kakiku menapak perlahan dibutiran pasir putih tepian pantai..
Sang bagaskara tenggelam menyusul sang pesona
Remang-remang senja semakin tampak dengan keelokan warnanya
Bak sutra bidadari memeluk sang temaram malam
Gelap tak terlalu pekat
Namun indah saat meredup meski perlahan
Kukisahkan sajak puan tentang harapan
yang terhalang rintang disegenap sua
Rinai ini hai puan….
Apa kabar mimpi dan asa yang terajut bak layangan yang putus benang
Akan kepekatan sang rona-rona pipi kala panas siang terik mendera
Dibalik jendela kau bercerita
Tentang rajutan harapanmu kau bentangkan
Aram-temaram
Lelaki berdiri ditengah senja
dan menatap kau yang tengah duduk di dekat jendela
Kemaja hitam basah dengan daun pisang ditangannya, ialah ayah.
Bibirnya tersungging senyum
Mendekat dan mengucap salam
Ialah ayah sang puan
Kau bisa saksikan segala asamu mengawang
Tapi coba saksikan sang kibar semangat tanpa lelah meski dunia sering tak baik padanya
Ia tak berfikir berhenti dan meninggalkan puan sebatangkara
Ialah ayah sang puan
Puan adalah janji hdupnya
Relanya berlari menembus hujan
Dan puan susah menyadarinya
Terlalu seringnya mendewakan kecewa akan putusnya cita
Hingga matilah rasamu wahai puan..
Tentang peluh diteriknya mentari hingga
Demi kau putri yang ia sanjungkan dalam hati sanubari


Ditulis oleh Sekar Cahya Nurani
Mahasiswa Manajemen – Fak. Ekonomi
Universitas Islam Balitar

Post a Comment

Lebih baru Lebih lama