LPM FREEDOM –UNISBA | Sabtu kemarin (12/12/20) Lembaga Pers Mahasiswa UNISBA mengadakan Kajian Rutin bertema 'Sejarah LPM Freedom' bertempat di Aula tertutup Kampus Universitas Islam Balitar Blitar pukul 09.00 WIB. Aacara tersebut dihadiri oleh anggota LPM baik angkatan lama maupun angkatan baru.
Qithfrul Aziz selaku koordinator kegiatan Kajian Rutin serta pengurus aktif LPM Freedom menjelaskan bahwa tujuan diadakan kegiatan ini merupakan sebuah program wajib yang dimiliki LPM, sekaligus mengharapkan adanya kajian sebagai sebuah forum dimana nantinya teman-teman LPM bisa berdaya pikir luas juga memiliki sudut pandang baru.
Selain itu, pada kajian kali ini Qith, begitu sapaan akrabnya, membawa beberapa buku bacaan berbagai genre. Hal itu didasari pada rendahnya minat baca di lingkungan kampus UNISBA tercinta. Sehingga Qith berusaha mendongkrak kebiasaan lama mahasiswa untuk perlahan dirubah menjadi kebiasaan yang selalu dekat dengan buku.
Berkaitan dengan kendala dalam mengadakan acara Kajian Rutin, Qithfirul menuturkan,
”Untuk masalah kendala tidak ada hal yang begitu serius ya. Karena ini hanya program rutinan, maka kami tidak memerlukan perizinan yang begitu rumit. Hanya saja kami sempat kebingungan mencari ruangan yang pas untuk melakukan kajian iinterna," kata Aziz.
LPM Freedom di UNISBA sendiri mulai terbentuk pada pertengahan tahun 2018, dengan lima orang anggota pertama. Lalu beberapa bulan pasca terbentuk LPM mulai menggaet anggota dengan mengadakan PJTD (Pelatihan Jurnalistik Tingkat Dasar) pertama pada awal tahun 2019. Dari situ anggota mulai bertambah, sampai pada PJTD kedua awal tahun 2020 ini, dan semakin bertambah setelah masuknya mahasiswa baru angkatan tahun 2020.
Bagas, selaku salah satu angkatan pertama LPM yang juga narasumber kajian menuturkan bahwa awal berdiri dulu, LPM tidak serta merta berdiri secara utuh. Ada banyak peristiwa-peristiwa yang mengiringi.
"Jadi dulu awal LPM terbentuk ada dua grup istilahnya yang awalnya gak saling kenal, yaitu grup saya dan teman saya bernama KPM (Komunitas Pers Majapahit) dan grupnya Mbak Tyas, Mas Rendi, sama ada dua lagi yang sekarang udah keluar yaitu Mbak Meryta dan Mbak Lestari. Kami baru kenal setelah saya nekat mengikuti PJTD di STIT sendirian. Nah dari situ mulailah dialog-dialog ingin menggabungkan diri agar jadi satu LPM saja, sampai disepakati bergabung dan akhirnya terbentuklah LPM angkatan pertama."
Bagas menambahkan, “Kedepannya dalam waktu dekat LPM kemungkinan akan mengadakan re-or plus pembenahan internal. Harapannya bagi teman-teman anggota baru adalah jangan patah semangat untuk berproses bersama meski LPM masih banyak PR untuk berbenah diri. Kita sama-sama berjuang memajukan LPM supaya kedepannya bisa lebih baik, bermanfaat, dan bisa membantu memaksimalkan potensi masing-masing agar semua anggota berdaya menjadi SDM unggul. Lantas untuk LPM-nya sendiri kami berharap pengurus tak bosan-bosan untuk berupaya semaksimal mungkin guna membentuk LPM agar lebih aktif, produktif sesuai pembidangan, serta terus mengevaluasi program yang dijalankan guna progres yang lebih baik.”
Kajian ini disambut baik oleh anggota baru karena di masa pandemi seperti ini mereka dapat bertatap muka dengan teman-teman barunya secara langsung. Hawa selaku anggota baru di LPM Freedom UNISBA mengatakan,
“Tidak hanya ingin belajar menulis menjadi terasah tapi juga mengharapkan agar LPM Freedom lebih aktif dan sesegera mungkin LPM memilik proker baru”. pungkasnya. (hn/ar)
Posting Komentar