Sepenggal waktu terberi Tuan
Jangan berlari, jangan hendak pergi
Jangan serupa senja
Atau serupa gurauan sang malang
Temaram mendesir dibalik
Dedaunan pohon rindang
Derik jangkrik
Serasa berirama klasik
Di balik bilik-bilik lembah hutan
Anginnya tak terlalu bersahabat
Kakiku menembus segala tapak
Pinus,mahoni ;
Lumut kayu lapuk,
Lintah merayap disela jemari,
Mengusik, mericuh
Menambah kekalutan batin
Aku tersesat.
Tatapanku, mataku menggerjap
Jiwaku serupa harpa menjelai
Isakku membunuh kesunyian
“Tenanglah, kau akan pulang”
Ku tambal asaku perlahan, menaruh beban dengan sesenggukan
“Puan, telusuri hutan, atau duduklah hingga mentari tampak sinarnya”
Terlempar suara dengan tatapan
Suaraku..
Apa denting ini
Alunan harpamu?
Bila iya, dimana kucari?
Terdiam.
Terdengar bisik dalam aroma angin
Dimana sarangnya?
Aku masih terduduk dengan tatapan tanpa arti
Hingga aku tersadar,
Akulah si sunyi
Yang sedang bernostalgia dengan asa lalu
Menelusuri jejak kumbara hingga terlempar tanya
Apa denting itu alunan harpamu?
Bila iya, dimana kucari?
Dimana sarangnya?
Dan seusai itu ku terbungkam dengan alunan irama alam
Gulitaku berpayung temaram
Aku adalah fatamorgana nyata, insan mati ditengah rimba
Terjerat jelaga ilusi dan kau satu-satunya
Sosok penegas diri
bahwa akulah Si Karib Kesunyian
Ditulis oleh Sekar Cahya Nurani
Mahasiswa Fak. Ekonomi
Universitas Islam Balitar
IG : sekar_cahya_nurani
Posting Komentar