Peresensi : Salma – Pendidikan Bahasa Inggris’20
Nuansa dystopia dalam buku ini dituliskan dengan detail oleh Aldous. Penggambaran situasi dunia di masa depan, apa yang terjadi dengan manusia-manusia yang hidup di masa tersebut tidak luput dijabarkan dengan gamblang oleh penulis. Seolah-olah beliau hidup melintasi ruang dan waktu, satu masa dengan tokoh-tokoh yang belatar ratusan abad di masa depan dari latar waktu asli ketika buku ini ditulis, yakni tahun 1931.
Kisahnya menyoroti revolusi sains melalui sebuah rekayasa genetika besar-besaran di negara utopia yang diterapkan oleh pemerintah resmi kepada masyarakatnya. Akibatnya terbentuk sistem kasta yang disebut dengan Alfa, Beta, Gama, Delta, dan Epsilon. Pengklasifikasian ini bertujuan untuk membentuk masyarakat modern yang mengefektifkan kinerja sesuai bidangnya. Sejalan dengan motto negara, yaitu “Komunitas, Identitas, Stabilitas.”
Keunikan lain dari tokoh-tokoh ciptaan Aldous adalah mereka lahir dari tabung di Pusat Penetasan dan Pemeliharan, sebuah lembaga resmi semacam rumah bersalin yang diawasi langsung oleh pemerintah. Komunitas yang lahir disini sejak awal sudah diatur kepemilikan tingkat kecerdasannya, pekerjaanya, dan penyakit yang dideritanya di masa depan. Pembagian gender juga telah ditentukan sejak awal. Embrio tersebut nantinya akan menjadi seorang pria, wanita, atau setengah pria dan wanita guna menciptakan stabilitas.
Bayi-bayi dengan kasta rendah seperti Delta dan Epsilon dilatih untuk membenci buku melalui pola latihan kejut listrik dengan tujuan menciptakan identitas pekerjaan sesuai kasta. Dimana kaum Delta dan Epsilon tidak bekerja dengan mengandalkan otak melainkan badan. Pelatihan lain yang diberikan adalah latihan untuk mematikan perasaan emosional. Seseorang di masa tersebut tidak mengenal kasih sayang. Kata orangtua, ayah, ibu, dan kekasih merupakan hal-hal yang tabu bahkan dianggap aib untuk dibicarakan.
Orang-orang pada era tersebut tidak mengenal keberadaan Tuhan. Semua buku-buku propaganda bertema religius dilarang terbit. Hanya beberapa larya sastra yang dibolehkan, George Bernard Shaw salah satunya. Bahkan beberapa bahasa dicertikan telah mengalami kepunahan seperti bahasa Polandia, Perancis, dan Jerman.
Kemudian kebebasan berpolitik dan berekonomi di negara utopia ini telah hilang. Sebagai gantinya pemerintah memberikan jaminan kebahagiaan tiap warganya melalui kebebasan sex dan kebebasan penggunaan soma (sejenis ganja, penggunanya merasa bahagia mengonsumsinya namun menimbulkan efek samping berupa kecanduan).
Sex bebas dilegalkan bahkan telah distimulus sejak masa kanak-kanak di Pusat Penetasan dan Pemeliharaan. Konsumsi soma juga diatur secara berkala oleh lembaga resmi pemerintah sesuai dosis yang telah ditentukan. Sebaliknya apabila sesorang tidak merasa bahagia dengan kebijakan tersebut maka akan dibawa ke pusat rehabilitasi.
Poin menariknya lagi, ada suatu wilayah di negara tersebut yang penghuninya disebut manusia purbakala. Oleh sebab penduduknya masih bereproduksi secara normal (melahirkan bukan dari botol), memiliki rasa empati, bahkan masih memeluk agama dan mengenal Tuhan. Wilayah tersebut dipandang aneh, unik, dan langkan oleh masyarakat luas dan dijuluki sebagai tempat suaka atau perlindungan orang-orang langka.
Konflik dimulai ketika Bernard seorang manusia normal yang lahir dari botol mempertanyakan kebenaran dari kehidupan yang dia jalani saat itu. Kemudian dia bertemu dengan Hemholtz seorang normal dari kasta Alfa yang bekerja sebagai ilmuwan namun merasa tidak bahagia dengan semua hal yang telah dicapainya. Mereka berdua juga bertemu dengan John manusia langka dari sebuah wilayah yang religius. Ketiganya bersatu untuk menemukan jawaban bagaimana dunia bisa berubah menjadi seperti ini.
Masa mengerikan yang diprediksi oleh Aldous pelan-pelan mungkin akan terjadi. Bahkan bisa jadi kita saat ini sedang berada dalam situasi tersebut. Tidak terbayang semengerikan apa dunia tanpa embel-embel keluarga, agama, dan literatur. Trakhir saya mengutip perkataan Mushtafa Monh, “Demi kebajikan dan kebahagiaan, generalisasi adalah kejahatan intelektual yang diperlukan.”
Judul Buku : Brave New World
Penulis : Aldous Huxley
Penerjemah : Nin Bakdi Soemanto
Penerbit : Mizan Digital Publishing, Jakarta Selatan
Cetakan : Cetakan terjemahan pertama Juli 2015
Halaman : 268 Halaman
ISBN : 9786022910879
Posting Komentar