Dorrr ... Dorrr ... Dorr...
Suara tembakan pistol seketika meramaikan seisi hutan yang semula sangat hening .
“Bangsat! Enggak kena .... ayo kesana.” Ajak Jaka, ketua kelompok pemburu hewan liar yang sudah berkali-kali masuk sel tahanan karena memburu hewan-hewan yang dilindungi oleh negara. Namun tersebut tidak membuat Jaka jera.
Dia semakin candu memburu, terkadang dia juga memburu anjing-anjing terlantar di pemukiman. Jaka memutilasi hewan tangkapannya dan menjual nya dipengepul asing yang untungnya luar biasa banyak. Mungkin itu yang membuat Jaka tergila-gila dengan pekerjanya ini. Dia tidak jengah dengan laporan warga yang hendak menangkapnnya agar dapat dijebloskan di kantor polisi.
Suatu hari Jaka seperti biasa pergi ke Hutan memburu hewan-hewan liar untuk dia dijual. Ditengah perjalanannya dia mendengar suara langkah kaki. ‘Mungkin itu hewan.’ Pikir Jaka. Dengan penuh kehati-hatian Jaka melangkahkan kakinya. Mendekat menuju sumber suara sambil membawa pistol. Tinggal sepersekian detik peluru sudah siap, tiba-tiba muncul seorang gadis dengan wajah yang cantik dari balik pohon. Jaka dengan cekatan menghentikan tanggannya. Dia mendapati sosok gadis tersebut tengah tersimpuh kesakitan, kelihatannya dia habis terkilir, terlihat jelas dia memegangi kakinya dengan raut muka kesakitan.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya Jaka yang perupaya membenarkan nada suarannya agar gadis itu tidak takut padanya.“Mari saya bantu” ucap Jaka lagi. Namun Gadis itu tetap enggan berbicara, nampaknnya sakit di kakinya membuat dia tidak bertenaga, bahkan untuk berbicara. Tanpa perlawanan, Jaka menggendong gadis itu ke rumahnnya yang dekat hutan. Barang kali setelah mengobati, gadis itu mau berbicara padannya.
“Sebenarnya saya tersesat.” Lirih gadis itu. Mata jaka terkesiap sambil menatap gadis itu yang tiba-tiba berbicara padanya, karena sedari tadi gadis tersebut terlihat linglung. Sejujurnya karena parasnnya yang amat cantiklah membuat Jaka tidak keberatan dan senang untuk menolongnya.
“Saya kira, saya sedang berimajinasi ditolong seseorang ditengah hutan ini, karena hampir dua hari saya tersesat. Setelah saya sampai rumah ini, ternyata saya benar telah tertolong” ucap gadis dengan sorot mata yang mulai terlihat merah dan sayu. Seperti sedang menahan diri agar tidak menangis.
“Sekarang kamu sudah aman dengan saya, tidak usah khawatir. Nama kamu siapa? Biar saya antar kamu pulang”
“Arum.”
“Jaka.” Sambil mengulurkan tangan untuk bersalaman dan Arum tanpa ragu-ragu segera menyambut aluran tangan tersebut sambil tersenyum.
Setelah saling memperkenalkan diri. Arum bercerita panjang kali lebar kenapa dia bisa di hutan. Dari insiden muncak bersama sampai terpisah dari rombongan pendakian dua hari yang lalu. Jaka yang prihatin dengan kejadian yang di alami Arum segera membawanyya ke posko keamanan. Disana akhirnya Arum bertemu dengan teman-teman serta keluargannya.
Warga yang mendengar aksi heroik Jaka tentu terheran-heran. Mengapa tidak, pemuda yang hobi memburu hewan-hewan liar itu telah menjadi penolong gadis yang tersesat di hutan. Karena insiden tersebutlah kini pandangan orang-orang terhadap Jaka menjadi baik, namun hal tersebut tidak membuat Jaka berhenti mencari hewan liar untuk dijual di pengepul asing.
Semenjak pertemuan Jaka dan Arum, ternyata mereka saling bertukar nomor ponsel. Kian hari hubungan mereka semakin dekat. Hingga akhirnya memutuskan untuk menikah.
Salama dua tahun menikah, mereka berdua tidak kunjung dikarunia anak. Jaka yang nampak kesal dengan takdir yang diberikan oleh Tuhan makin geram dan melampiaskannya kepada hewan-hewan yang telah lama iya buru dengan menyiksa dan memutilasinnya. Arum juga mengetahui dan nampak menerima pekerjaan suaminnya. Memang benar kata pepatah, ‘Cinta Itu Buta’ , itulah yang dirasakan Arum kepada Jaka.
Setelah berusaha keras selama berbulan-bulan, akhirnya Arum mengandung benih cinta Jaka. Tentu Jaka sangat senang. Jaka terus merawat Arum selama kehamilan. Sampai akhirnya bayi laki-laki itu lahir yang ia beri nama Bima. Jaka sangat menyangi Bima. Kemanapun Jaka pergi, pasti Bima diajak. Jaka mengajari Bima bagaimana memburu hewan dihutan.
Sayangnnya Jaka tidak mengajari Bima norma-norma agama yang ada. Baginya menyakiti hewan adalah kepuasan yang harus dirasakan setiap manusia, termasuk anaknya. Bima yang masih berumur enam tahun, tentu telah belajar banyak oleh ayahnya. Tanpa sadar sikapnya sangat kasar, bengis dan suka sekali menganiaya hewan-hewan yang diburu ayahnnya.
Sampai suatu ketika, Bima bermain di area kandang milik ayahnya di belakang rumah. Disana terlihat terdapat banyak anjing yang menggong-gong melihat kehadiran Bima. Bima yang geram segera menghampiri dan menusuk-nusuknya dengan sebilah kayu melalui sela-sela kadang namun anjing-anjing itu semakin keras menggong-gong.
Sampai akhirnya Bima membuka kunci pintu kandang anjing liar tersebut. Nahasnya setelah pintu terbuka, tubuh kecil Bima diserang anjing-anjing besar sampai nyawanya meregang dan tubuhnya tercabik-cabik dimakan anjing liar seperti kelaparan. Arum yang mendengar keributan di belakang rumah langsung pingsan melihat tubuh Bima tengah dilahap oleh anjing-anjing liar tersebut.
Jaka yang sedari tadi masih berburu, kini pulang dan mendapati rumahnnya nampak kosong. Dia terheran sambil mencari Arum dan Bima. Sampai langkah kainya terhenti di kandang belakang rumah. Jaka sudah mendapati istrinya pingsan di atas tanah dan putra kesayangannya tewas. Tubuh Bima kini tinggal beberapa bagian saja dengan sisa-sisa tulang belulang. Dengan perasaan geram, Jaka pun berlari ditengah hutan sembari membawa senjatanya dan hendak menembaki seluruh hewan liar, utamanya anjing. Jaka ingin meluapkan amarahnya kepada hewan-hewan tersebut.
“Kemana kau hewan-hewan bangsat!!! Sampai akhirnya, nampak dari kejauhan segrombolan anjing liar berlari menghampirinya. Jaka dengan gesit segera menembaki anjing-anjing tersebut, namun sayangnya setiap tembakan melesat dan sialnya pelurunya sampai habis. Tamatlah riwayat Jaka. Kini berganti menjadi santapan anjing-anjing liar di hutan.
إرسال تعليق