Salam sehat
bagi pembaca semua. Didalam dunia yang semakin fana ini, nampaknya tetap
menjaga kewarasan dan kesadaran adalah yang sangat penting. Begitu banyak racun
– racun yang kian hari kian diselundupkan melalui konten “menarik”di media
social. Tapi, bagaimana dengan referensi yang “menggelitik” organ dalam seperti
ginjal, hati dan nurani. Jawabanya masih banyak…
Tinggal
kita aja yang perlu lebih aktif mencari.
Baik, kali
ini saya ingin membagikan sebuah bahan bacaan yang bisa menjadi sebuah resensi
kita sebagai masyarakat sipil di Negara yang semakin fana ini.
Membaca
Indonesia sambil Senyam – Senyum merupakan buku kedua karya dari Agoes Susilo
JP. Buku ini menyajikan bahasan yang cukup menarik dengan bahasa yang dikemas
secara satire & sarkas. Dalam bab
demi babnya disajikan bagaimana memandang kehidupan birokrasi dan kelembagaan
yang ada dinegeri kita yang “kaya” ini. Ya kaya akan semuanya, orang pinternya,
orang seremnya, orang lucunya, orang dukunya, ehh..
Agoes Susilo
berpesan di awal bahwa buku ini bukan buku serius, bukan buku yang diciptakan
dengan melakukan observasi yang jauh dan mencari sumber informasi dari
narasumber yang bergerak dibidangnya. Buku yang harus dibaca dengan hati yang
lapang dan tenang. Namun, sebagai masyarakat sipil yang membaca buku ini pada
saat saya berada didalam titik renung yang agung, decak kagum itu selalu muncul
dari tiap lembar yang saya baca. Buku ini memang tidak ditulis berdasarkan data
jumpa pers lembaga yang ada di setiap babnya, namun buku ini memang ditulis
oleh seseorang yang sedang menempatkan dirinya sebagai masyarakat dengan
wawasan dan pertanyaan kritisnya yang tajam.
Secara
sengaja buku ini berniat merajam kelakuan kita selama ini, memecut kita yang
terkadang menjadi pengecut, dan menendang bokong kita ketika kita menjadi
pecundang. Buku ini bisa menjadi cermin diri kendati penuh saran kritik dengan
wajah sinis. Namun kita harus kembali pada titik menerima, berusaha, dan
menjalani kehidupan dinegara ini dengan senyum manis.
Setiap
tulisan didalamnya dilator belakangi oleh kecenderungan kita yang telah
“menjadi”manusia global yang lebih pandai membanding antara segala sesuatu
dengan sesuatu lainya. Membandingkan jaman dahulu dengan jaman sekarang demi
mementingkan keuntungan golongan.
Presiden dilihat dengan Senyam – Senyum
Buku ini melihat dari sudut pandang yang baik dan yang
kurang baik dari setiap pemimpin bangsa. Bahkan Gus Dur juga tak lepas dari
dari pengamatan buku ini. Gus Dur dengan prestasinya dalam Muri sebagai
presiden yang paling senang berkunjung keluar negeri. Ada juga yang menarik
ketika buku ini “ngrasani”Mbak Mega yang selalu berpacu pada kata bijak “diam
itu emas”, saking berharganya diam sampai – sampai beliau acapkali puasa bicara
dan kadang diam seribu bahasa.
Dewan Perwakilan Rakyat “Partai” dan “Ilmu Sabet”
Kalau dilihat dari pekerjaanya ini Wakil kita
nampaknya sangat sibuk. Saking sibuknya beberapa dari mereka seringkali
terserang virus. Yakni merasa kurang, atau memang selalu kurang ya. Ternyata
menjadi dewan perwakilan rakyatnya itu mendapat anugerah “ilmu sabet”. Ilmu
sabet sendiri merupakan ilmu yang dimiliki secara turun temurun, atau
dianugerahkan. Yaah, miriplah sama beberapa PNS yang katanya didalamnya hanya
berisikan beberapa kelompok anggota keluarga saja. Dengan “ilmu sabet” itulah
maka tidak heran jika beberapa wakil rakyatnya dan pns banyak yang punya rumah
dimana – mana, tanah dimana – mana, mobil dimana – mana, dan istri dimana –
mana (iya, kan istrinya nggak cuma berdiam diri dirumah).
Syarat
utama untuk bisa menguasai ilmu sabet, yaitu harus bermuka badak, atau kalau
kata kakek saya yang asli jawa itu nyebutnya “RAI GEDHEK”.
Selain
pembahasan tentang beberapa lembaga dan birokrasi yang sudah saya sebutkan
tersebut, masih ada beberapa lembaga yang tidak luput dari pengamatan manis
seorang Agoes Susilo JP.
Salam
Sehat, dan jangan lupa tersenyum.
Penulis : Agoes Susilo JP
Penerbit : Bumi Cendikia
Cetakan : Pertama, 2005
Halaman : 84
Ukuran : 14 × 21 cm
ISBN : 9799957516
إرسال تعليق